Senin, 03 Februari 2020

Tugas 2 Kritik Arsitektur


KRITIK ARSITEKTUR
Pelanggaran Izin Membangun Bangunan Hunian

M. ARIEF RACHMAN
24316727
4TB02
Dalam mata kuliah kritik arsitektur ini, penulis berkesempatan untuk mengkritik bagian rumah yang bersinggungan dengan dunia arsitektur dengan metode kritik Normatif.  Definisi
Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standar, atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai. Suatu norma tidak saja berupa standar fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkret dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
Metode
Karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut :
• Metoda Doktrin (satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
• Metoda Sistemik (suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
• Metoda Tipikal (suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
• Metoda Terukur (sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)
Kelebihan Kritik Doktrinal
• Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam arsitektur
• Dapat memberi arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
• Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang
• Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
• Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu
• Memperkaya penafsiran
Kekurangan Kritik Doktrinal
• Mendorong segala sesuatunya tampak mudah
• Mengarahkan penilaian menjadi lebih sederhana
• Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal
• Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
• Memandang arsitektur secara parsial
• Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
• Memperlebar tingkat konflik dalam wacana teoritik arsitektur

Sebelumnya saya akan membahas pokok bahasan penulis yaitu KDB yang ada dalam peraturan daerah kota Depok, poin ini sekaligus menyinggung pokok permasalahan yang ada di rumah penulis.
Jika mengacu pada perda kota Depok no.13 tahun 2013 tentang izin mendirikan bangunan hunian menyebutkan bahwa KDB yang berlaku di kota Depok hanya sebesar 60%, sedangkan rumah penulis sendiri memiliki daerah resapan hanya sebesar 2x5 meter dengan total luas lahan 10x13 meter. Itu artinya rumah penulis sudah melanggar perda yang ada, dengan terlalu besarnya luas dasar bangunan sekitar 80% sedangkan perda yang berlaku diharuskan bahwa KDB hunian kota depok sekitar 60%.
Pelanggaran ini dilakukan guna menambahkan jumlah ruang tidur yang kurang untuk pengguna hunian, ditambah lagi dalih bahwa yang melakukan pelanggaran tidak hanya satu . Alasan ini jelas tidak membenarkan apa yang dilakukan owner untuk menambahkan ruang dalam rumah hunian. Yang penulis sayangkan tidak adanya penindakan lebih lanjut terhadap pelanggaran jenis ini ke semua massa bangunan hunian yang ada di kota Depok.
Kesimpulan yang penulis ambil dari pelanggaran KDB di kota Depok ini adalah pelanggaran ini sudah menjadi kanker kota Depok lantaran pelanggarannya sudah terjadi sejak dari dulu sehingga sudah dianggap hal lumrah untuk warga dan DPRD kota Depok. Jika diusut sejak dini, mungkin pelanggar akan komplain mengapa hanya dia yang diusut dan mungkin mencari kambing hitam untuk ikut diadili.  

Tugas 1 Kritik Arsitektur


KRITIK ARSITEKTUR
Pelanggaran Izin Membangun Bangunan Hunian

M. ARIEF RACHMAN
24316727
4TB02
Dalam mata kuliah kritik arsitektur ini, penulis berkesempatan untuk mengkritik bagian rumah yang bersinggungan dengan dunia arsitektur.  Sebelumnya saya akan membahas pokok bahasan penulis yaitu KDB yang ada dalam peraturan daerah kota Depok, poin ini sekaligus menyinggung pokok permasalahan yang ada di rumah penulis.
Jika mengacu pada perda kota Depok no.13 tahun 2013 tentang izin mendirikan bangunan hunian menyebutkan bahwa KDB yang berlaku di kota Depok hanya sebesar 60%, sedangkan rumah penulis sendiri memiliki daerah resapan hanya sebesar 2x5 meter dengan total luas lahan 10x13 meter. Itu artinya rumah penulis sudah melanggar perda yang ada, dengan terlalu besarnya luas dasar bangunan sekitar 80% sedangkan perda yang berlaku diharuskan bahwa KDB hunian kota depok sekitar 60%.
Pelanggaran ini dilakukan guna menambahkan jumlah ruang tidur yang kurang untuk pengguna hunian, ditambah lagi dalih bahwa yang melakukan pelanggaran tidak hanya satu . Alasan ini jelas tidak membenarkan apa yang dilakukan owner untuk menambahkan ruang dalam rumah hunian. Yang penulis sayangkan tidak adanya penindakan lebih lanjut terhadap pelanggaran jenis ini ke semua massa bangunan hunian yang ada di kota Depok.
Kesimpulan yang penulis ambil dari pelanggaran KDB di kota Depok ini adalah pelanggaran ini sudah menjadi kanker kota Depok lantaran pelanggarannya sudah terjadi sejak dari dulu sehingga sudah dianggap hal lumrah untuk warga dan DPRD kota Depok. Jika diusut sejak dini, mungkin pelanggar akan komplain mengapa hanya dia yang diusut dan mungkin mencari kambing hitam untuk ikut diadili.  

Senin, 06 Mei 2019

Sejarah Nakagin Capsule Tower

NAKAGIN CAPSULE TOWER 

Pada bulan Mei kemarin kampus kami mengadakan kegiatan KLA atau biasa disebut ekskursi, kami para mahasiswa angkatan 2016 Arsitektur pergi melakukan kegiatan tersebut diberangkatkan ke Jepang. Dari angkatan yang berjumlah 6 kelas, kami dibagi menjadi 12 kelompok yang masing-masing melakukan observasi tentang bangunan yang ada disana. Disana kami mendapat tugas untuk mengamati suatu bangunan, dan bangunan yang akan kami observasi adalah Nakagin Capsule Tower. Kami mengobservasi bangunan tersebut di hari kedua KLA.
The Nakagin Capsule Tower merupakan gedung perumahan dan gedung perkantoran dirancang oleh Arsitek Kisho Kurokawa yang terletak di Ginza, Tokyo, Jepang. Gedung ini Selesai dibangun pada 1972 hanya dalam 30 hari, gedung ini adalah contoh yang dibangun dalam langkah untuk mewujudkan pertumbuhan Negara Jepang. Sekaligus menjadi sebuah gerakan untuk simbol dari kebangkitan pasca perang budaya Jepang. Gedung ini juga sebagai contoh pertama di dunia arsitektur kapsul yang dibangun dalam penggunaan aktual. Kurokawa membayangkan jika bangunan ini dapat menandai sebagai awal zaman modern.
Gedung ini masih digunakan pada 2010, namun kini telah rusak dan mulai ditinggalkan oleh penghuninya. Bangunan ini terdiri dari dua menara beton yang saling berhubungan, masing-masing sebelas dan tiga belas lantai. Kapsul dapat dihubungkan dan dikombinasikan untuk menciptakan ruang yang lebih besar. Setiap kapsul terhubung ke salah satu dari dua poros. Nakagin mempunyai eksterior dan interior bangunan yang cukup unik untuk diobservasi.

Nakagin Capsule Tower merupakan contoh bangunan arsitektur kapsul pertama yang ada di dunia, bisa digunakan secara nyata dan permanen. Apartemen unik dan bertingkat tinggi di Tokyo ini adalah contoh utama gerakan arsitektur Metabolisme Kisho, difokuskan pada desain bangunan ini yang dapat disesuaikan, tumbuh, dan dapat dipertukarkan. Ide-ide ini pertama kali muncul pada tahun 1960 di "World Design Conference.”
Sekilas, bangunan ini menyerupai mesin cuci bukaan depan yang ditumpuk-tumpuk. Nyatanya, bangunan ini masuk dalam gerakan Japanese Metabolism. Sebuah gerakan arsitektur yang merupakan simbol kebangkitan budaya pascaperang di Jepang. Desainnya terinspirasi oleh permainan puzzle. Tema lain temporalitas Menara Kapsul Nakagin didasarkan pada apa yang diamati Kurokawa sepanjang sejarah Jepang; bahwa kota-kota Jepang yang dibangun dari bahan-bahan alami memiliki rentang hidup sementara dan tidak terduga.
Konsep desain Kurokawa berfokus pada bagaimana memanfaatkan ruang hidup yang paling efisien untuk mengakomodasi kebutuhan sehari-hari seseorang. Dia meminjam terminologi "kapsul" dari industri dirgantara yang sudah menyadari bahwa banyak pesawat ruang angkasa telah menerapkan gagasan penggunaan area yang efisien dan memasang kembali kabin persegi panjang berukuran 8 kaki kali 12 kaki dengan kamar mandi built-in, tempat tidur ganda, meja, ruang penyimpanan, TV, tapedeck, mesin tik, kalkulator, radio jam, dan kompor 2-pembakar (Ross 71-72). Desainnya terinspirasi oleh permainan puzzle tradisional Jepang yang memainkan balok kayu yang terjalin.
Nakagin Capsule Tower memiliki 140 kapsul yang ditumpuk dan disusun sedemikian rupa serta di putar secara acak dan variatif terhadap inti bangunan sehingga menimbulkan efek menarik dan dinamis pada fasad bangunan. Masing-masing kapsul di bangunan ini berukuran 4m x 2.5m, yang bisa menampung satu orang pengunjung. Kapsul ini memiliki berbagai macam fasilitas seperti televisi, radio, lemari, meja kerja, dan kamar mandi.
    Di kabinet ini memiliki televisi, lampu, telepon, jam, radio dan sistem stereo. Sejumlah kapsul dirancang dengan jendela yang terletak disamping dan berbentuk bulat. Setiap kapsul sudah dipasang bath-up dan toilet kecil di salah satu ujung ruangan. Untuk kamar mandi memiliki fasilitas seperti toilet, bathup dan wastafel. Kamar mandi berukuran sangat kecil dan uniknya toilet dan dan bath-up didesain secara khusus sehingga terlihat bersambungan.  

Setiap kapsul sudah prefabrikasi di pabrik sebelum dipasang di menara. Karna keterbatasan ruangan yang tersedia di setiap kapsul, menantang pemiliknya dalam mengatur ruangan. Kapsul juga digunakan sebagai kantor usaha kecil. Nakagin Capsule Building berfungsi sebagai gedung perumahan dan gedung perkantoran. Gedung ini adalah contoh yang dibangun dalam rangka untuk mewujudkan pertumbuhan di negara Jepang.

Rabu, 17 Januari 2018

Bangunan Eco-Building: Menara Mesiniaga Tower Subang Malaysia

Eko Arsitektur adalah suatu keselarasan antara suatu bentuk masa ( bangunan ) dengan alam atau lingkungan sekitarnya, mulai dari Atmosfer, biosfer , Lithosfer serta komunitas.yang mana semua unsur serta nilai – nilai yang ada dapat berjalan harmoni sehingga dapat di rasakan kenyaman, kemanan,keindahan serta ketertarikan.


Kata- kata eko Arsitektur, mengandung arti yang sangat kompleks dan mungkin agak sedikit rumit untuk di dapat di pahami, jadi mungkin disini dapat kita urai apa sebenarnya eko dan apa itu Arsitektur
Eko,berasal dari kata ekologi yang artinya adalah lingkungan ( lingkungan yang terpelihara mulai dari Atmosfer, Biosfer, dan Lithosper ), sedangkan Arsitektur adalah, suatu bentuk atau masa, atau juga tata ruang yang terencana secara fungsional yang direncanakan oleh arsitek serta disiplin ilmu lain yang terlibat di dalamnya,jadi dapat di ambil pengertian bahwa Eko Arisitektur selain dari pada bentuk masa bangunan, material, tata ruang atau pun nilai kearifan lokal yang ada, juga adalah kepedulian kita sendiri terhadap bangunan tersebut, bagaimana kita mengartikan fungsi dari pada bangunan tersebut,bagaimana kita mengelolanya, dan bagaimana kita merawatnya.

Bangunan Ekologi ( Eco Building )Bangunan Ekologi ( Eco Building ), sendiri di arahkan lebih Spesifik ke bentuk masa bangunan,Utiitas ( listrik, air, udara, Limbah,sampah ) serta penegasan dari pada material yang di gunakan, dan energi yang di gunakan tapi juga bukan berarti kita tidak boleh menggunakan suatu disain yang modern atau material yang modern pula, hanya di perlukan kesepakatan , kelayakan dan volume yang di gunakan.

Salahsatu contoh bangunan Eco Building adalah Menara Mesiniaga Tower Subang Malaysia yang dibangun oleh Arsitek Ken Yeang.

                                         



Sebagaimana jenis arsitektur yang berkembang pada akhir abad 20, Menara Mesiniaga pada tahun 1990 dibuat dari konstruksi baja dan kaca yang prefabricated dan mempercepat masa konstruksi. Terdiri dari 15 lantai dengan ketinggian 63 m dan bergaya Arsitektur Modern. Memperhatikan iklim tropis, Yeang menempatkan tangga dan lift pada bagian timur menara, dan ruang-ruang pada sisi barat yang dilindungi oleh kisi-kisi penahan panas. Tujuannya agar sinar matahari pagi cukup maksimal dan cahaya sore yang panas bisa ditahan oleh kisi-kisi tersebut.

Perhatian Yeang adalah pada hubungan antara lingkungan binaan (built environment) dengan lingkungan alam yang diwujudkan dalam adaptasi terhadap cahaya matahari dan angin melalui studi yang mendalam untuk mendapatkan bangunan tingkat tinggi dengan pencahayaan dan penghawaan alami. Aliran udara dimasukkan dalam bangunan melalui innercourt dan 'dinding angin' yang juga memasukkan cahaya alami.

Beberapa bagian bangunan yang berfungsi sebagai 'buffer' atau penahan untuk angin, sinar matahari dan sebagainya diwujudkan dalam kisi-kisi, tabir, balkon, atau buffer tanaman yang disarankan oleh Yeang dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan tropis. 







Konsep Ken Yeang tentang pencakar langit yang disebutnya 'Artificial Land in the Sky' merupakan konsep pencakar langit (high rise building) yang dapat 'hidup' dan beradaptasi dengan lingkungannya seperti halnya mahluk hidup. Struktur bangunan berfungsi sebagai bingkai dan lantai-lantainya dapat berfungsi berbeda beda, seperti menjadi taman bermain, mall, cafe atau yang lainnya. Konsep ini tak ubahnya seperti mendefinisikan lantai-lantai pencakar langit menjadi seperti sebuah lahan kosong yang bisa diisi berbagai fungsi seperti perumahan, taman, serta tempat-tempat komersial pada umumnya.

"Bangunan akan harus didesain bukan sebagai sistem terbuka berenergi tinggi yang polutan, tapi sebagai tiruan dari ekosistem urban yang berhubungan dengan imput, output dan operasi didalam konteks tersebut dan membawa kapasitas ekosistem dalam biosfer..."

Lingkungan binaan (built environment) akan berinteraksi dengan lingkungannya dalam hubungan yang lebih organik dan alami, serta mengurangi dampak dari arsitektur yang inorganik atau artifisial. Hal ini berarti, mendefinisikan kembali sistem-sistem dalam bangunan tinggi yang selama ini banyak menggunakan sistem buatan seperti penghawaan buatan (air conditioning/AC) menjadi penghawaan alami, melalui proses-proses yang biasa didapatkan dari alam secara langsung.






Hal ini bisa berarti membawa unsur tanaman hijau dalam lingkungan vertikal pencakar langit, yaitu memberikan rasio perbandingan antara ruang yang inorganik dan organik agar mencapai keseimbangan layaknya diatas tanah. Inilah yang disebut Ken Yeang sebagai "Artificial Land in the Sky". Peniruan terhadap ekosistem ini bisa dianalogikan seperti sarang semut diatas tanah yang dalam skala semut berarti adalah sebuah pencakar langit. Analogi lainnya: seseorang yang memakai payung disaat hujan menerpa, yang merupakan perlindungan terhadap variasi perubahan iklim eksternal, disebutnya sebagai 'cybernetic enclosural system'.

Minggu, 24 September 2017

Contoh bangunan ekologi di Indonesia: Wisma Dharmala / Intiland Tower

 Sejarah Singkat Wisma Dharmala

Gedung Wisma Dharmala Sakti didirikan tahun 1986 oleh arsitek asal Amerika Paul Rudolph. Rudolph terinspirasi dari bentuk atap-atap di Indonesia yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya sehingga apabila di dalam gedung tidak akan secara langsung diterpa cahaya matahari. Desain bangunan Wisma Dharmala Sakti ini menerapkan konsep Tropis Vernakular.Arsitek mencombine berbagai potensi alami yang tersedia di lingkungan site berada, dan memanfaatkan untuk membantu life cycle bangunan.

1.       Pencahayaan

Pencahayaan Alami




Pencahayaan alami pada bangunan ini terlihat hanya di beberapa bagian yang terkena cahaya seperti jendela-jendela pada bangunan, tanaman rambat disekitar atap kanopi, dan sekitar koridor pada bangunan.

Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan pada bangunan ini menggunakan lampu, namun lampu pada siang hari tidak terlalu diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam bangunan.

2.       Penghawaan

Awalnya bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca telah memberi panas yang cukup parah dan tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan untuk penghawaan .

3.       Fasad

Tampak Depan 


















Tampak Samping
 





















Tampak Belakang
 

















4.       Interior




























5.       Material

Strukturnya telah digunakan beton bertulang dan baja. Di seluruh bangunan, kolom, dinding, pagar dan balkon, dibuat dengan ubin putih. Penyelesaian bangunan ini tidak hanya melindungi beton terhadap cetakan, karena cuaca basah di daerah tersebut, menjadi solusi umum di Indonesia, dan juga menciptakan rasa sejuk, tak bernoda putih, sementara ubin kecil memberi tekstur yang mewah dan bangunan besar ini.

6.       Saluran Air

Saluran air diletakkan di beberapa tingkat teras dan balkon bersama dengan kotak hijau their dan air mancur dengan seluruh lingkungan di sekitarnya. Namun bisa dilihat dari desain atapnya yang menyerupai bidang miring dan diiring dengan tanaman rambat berguna untuk menangkal air hujan karena bangunan ini didesain sedemikian rupa agar memberi kesan sejuk.










                                                   
Kelompok:
1.       Dyah Alia Fahrana Fildzhani
2.       M. Arief Rachman Al Aziz
3.       Rose Indah Astri Hutagaol



SUMBER: